Sejarah Perjalanan Kami

Ikatan Keseminatan Kardio-serebro-vaskuler Indonesia (IKKI)

Sebagai sejarah awal, di sekitar tahun 1980  beberapa orang tokoh dokter yang bergerak di bidang kardiovaskuler ataupun yang berminat dengan bidang ini, menyadari perlu adanya wadah untuk dapat bersama-sama mengembangkan bidang kardiovaskuler. Wadah ini diberi nama Ikatan Kekaryaan Kardiovaskuler Indonesia (IKKI) yang dibentuk oleh tokoh-tokoh:

  1. Dr. I.S.F Ranti                                                        Kardiologi Anak
  2. Prof. Dr. Utoyo Sukaton                                      Endokrin Penyakit Dalam
  3. Prof. Dr. Nurhay Abdurahman                         Kardiologi Penyakit Dalam
  4. Dr. Maemunah Affandi                                      Kardiologi Anak
  5. Prof. Bambang Madiyono                                  Kardiologi Anak
  6. Dr. Ismet N. Oesman                                           Kardiologi Anak
  7. Prof. Sudarmo                                                      Radiologi
  8. Dr. B. Gunawan                                                    Fisiologi
  9. Dr. Masri Rustam                                                Palang Merah Indonesia
  10. Prof.  Sidarbutar                                                  Ginjal Hipertensi Penyakit Dalam
  11. Prof. S Harun                                                        Kardiologi Penyakit Dalam
  12. Prof. Yahya Kisyanto                                           Kardiologi Penyakit Dalam
  13. MR. Ny. Aslaniyah SK                                         Awam
  14. Prof. Miftah Suryadipradja                               Kardiologi Penyakit Dalam
  15. Dr. Husen Alatas                                                  Hematologi Anak
  16. Prof. Santoso                                                         Kardiologi Penyakit Dalam
  17. Prof. Markum                                                       Ginjal Hipertensi Penyakit Dalam

Selain itu dalam AD/ART disebutkan bahwa non dokter dapat juga menjadi anggota biasa asal mempunyai minat di bidang kardiovaskuler. Hal ini dimungkinkan karena waktu itu belum ada wadah seminat bersama selain IKKI. Dimasa awal beberapa kali menyelenggarakan symposium baik berskala nasional dan juga beberapa kali yang berskala internasional. Sejak tahun 1985 IKKI menjadi anggota IAS (International Atherosclerosis Society) dan beberapa kali mengikuti acaranya di luar negeri.

Seterusnya dalam perjalanan IKKI mendapat tekanan karena sudah ada wadah profesi kardiologi yang mendapat dukungan penuh dari penguasa negara. Mencapai puncaknya adalah ketika Menteri Kesehatan Dr. Suhardjono Suryaningrat menganjurkan supaya IKKI bergerak secara slow down saja. Dengan demikian praktis IKKI tidak mempunyai keaktifan lagi yang berarti. Namun demikian IKKI menyelenggarakan juga simposium kecil beberapa kali untuk menunjukkan eksistensinya. Setiap kali mengadakan acara selalu dibuat tandingan dan sponsor farmasi diintimidasi.

Pendidikan konsultan kardiovaskuler di Departemen Penyakit Dalam FKUI/RSCM tetap berjalan dengan mengacu kepada kurikulum yang dibuat oleh IKKI. Namun peminat sangat sedikit karena takut akan ketidak jelasan dan juga tidak dikenal.

Zaman rupanya berubah, titik terang mulai terlihat. Pertama kali di tahun 1999, IKKI mulai akan mengibarkan bendera dengan mengadakan simposium tetapi bernaung di bawah PIT (Pertemuan Ilmiah Tahunan) Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Selanjutnya dengan menggandeng Bagian Neurologi FKUI -anggota Perdossi- menyelenggarakan National Brain and Heart Symposium I di hotel Sheraton Gunung Sahari Jakarta. Tentu saja tetap ada rintangan berupa intimidasi yang syukurlah dapat diatasi. Pertemuan ini boleh dikatakan sukses karena dihadiri banyak peserta. Setiap tahun Brain & Heart symposium diadakan hingga untuk tahun 2020 ini rencana dilaksanakan di akhir tahun.

Kendala yang dihadapi oleh IKKI pada waktu itu adalah belum diakui oleh PB IDI, sehingga untuk penyelenggaraan simposium sulit untuk mendapat nilai kredit (SKP). Usaha untuk mencapainya tidaklah mudah.

Di tahun 1999 telah diusahakan kearah pengakuan IDI, tetapi terhambat karena ada pasal di AD/ART yang membolehkan non dokter menjadi anggota biasa.

Usaha pertama menemui Prof. Azrul Azwar, ketua IDI, untuk masuk ke IDI, tetapi ditolak dengan alasan tersebut.

Kemudian direncanakan untuk menggelar kongres yang selama bertahun-tahun tidak pernah diadakan. Atas inisiatif dan dimotori oleh Prof. Lukman Hakim (LH) direncanakan persiapannya di Ancol dengan mengundang sejawat yang selama ini berpihak dengan IKKI dari seluruh Indonesia. Undangan kongres disampaikan dengan ekspedisi yaitu ada tanda terima.  Jumlah peserta kongres mencapai quorum. Dalam kongres disampaikan konsep AD yang telah dihilangkan ayat non dokter, oleh Prof. Miftah selaku sekjen PB IKKI, yang kemudian diterima oleh semua peserta kongres. Selain itu ditunjuk formatur Prof. Kisyanto untuk menggantikan Prof. Nurhay. Selanjutnya konsep AD baru dikirimkan kepada seluruh anggota baik yang hadir ataupun yang tidak hadir dalam kongres, dengan surat tanda terima dan juga batas waktu 2 minggu untuk keberatan/pengusulan. Setelah 2 minggu berakhir, ternyata tidak ada keberatan atas penghapusan ayat non dokter tadi, sehingga berarti AD baru ini telah diterima oleh mayoritas anggota. Cara berkomunikasi dengan system tanda terima ini adalah karena ada tokoh pendiri IKKI yang tetap ingin mempertahankan ayat tersebut. Kemudian Prof. Kisyanto membentuk kepengurusan baru dengan ketua umum beliau sendiri dan sebagai sekjen adalah Prof. Lukman Hakim (LH).

Selanjutnya dengan bekal AD baru, tokoh-tokoh IKKI menemui Ketua umum PB IDI, dr. Merdias Almatsier untuk mengajukan permohonan kembali supaya IKKI dapat berada dibawah IDI. Setelah menunggu beberapa waktu, didapatkan jawaban dari ketua bidang organisasi PB IDI bahwa dengan alasan sudah ada organisasi sejenis yang dibawah IDI, maka permohonan kami ditolak.

Kami mendapat dukungan dari PB PAPDI untuk berjalan terus. Selanjutnya atas dorongan teman-teman IKKI antara lain Prof. Teguh Ranakusuma, tetap menganjurkan supaya diusahakan berada dibawah naungan IDI. Terpicu oleh tantangan tersebut, LH meminta secretariat Nurlaila untuk minta daftar pengurus lengkap PB IDI untuk mencari nama dewan pembina PB IDI, yang ternyata adalah nama Prof. Mahar Mardjono. Setelah itu Prof. Kisyanto dan LH menemui alm. Prof. Mahar Mardjono, menyampaikan keinginan IKKI dan menyerahkan semua dokumen yang diperlukan. Selang beberapa waktu Prof. Mahar memanggil IKKI, untuk menghadiri rapat khusus IDI mengenai IKKI.

Hadir dalam rapat itu adalah ketua umum PB IDI, ketua bidang organisasi IDI dan Prof. Nurhay serta Prof. Kisyanto dari IKKI yang difasilitasi oleh Prof. Mahar Mardjono. Hasil rapat menyetujui bahwa IKKI dapat diterima untuk bernaung dibawah IDI dengan beberapa sedikit syarat yang harus dirubah. Karena itu arti IKKI diubah menjadi Ikatan Kardio-serebro-vaskuler Indonesia. Keputusan IDI ini akan disahkan dalam muktamar IDI di Batu-Malang tahun 2000.

Sementara masa menunggu ini atas usul beberapa teman IKKI perlu dibuatkan akte notaris supaya menjadi badan hukum yang sah. Dengan AD dan susunan pengurus dibawa ke notaris Darbi SH untuk dibuatkan akte notaris sehingga sah sebagai badan hukum.

Untuk menghadiri muktamar IDI, Prof. Kisyanto dan LH dengan rasa waswas datang ke Batu Malang. Pembicaraan tentang organisasi seminat termasuk dalam agenda bidang

organisasi. Sepanjang hari dan malam yang banyak diperdebatkan adalah tentang AD- ART, sehingga khusus untuk masalah organisasi seminat termasuk IKKI baru dibicarakan tengah malam dan pengunjung sudah sepi. Keadaan ini sebenarnya menguntungkan kita supaya tidak banyak pertanyaan. Prof. Kisyanto mempresentasikan tentang sejarah, kegiatan dan rencana IKKI yang telah disiapkan sebelumnya.

Satu-satunya usulan adalah tentang kata “Ikatan” hendaknya tidak dipakai karena yang boleh menggunakannya hanya IDI saja, tetapi inisial boleh tetap dengan IKKI. Syukurlah usulan untuk diterima IKKI dibawah naungan IDI telah diterima sidang komisi organisasi. Keesokan harinya dalam sidang pleno yang dihadiri oleh LH, masalah IKKI tidak menjadi persoalan, sehingga dengan resmi mulai saat itu IKKI diterima dibawah naungan IDI.

Dengan adanya keputusan resmi ini maka kegiatan IKKI lebih lancar. IKKI mengajukan usul permintaan kepada IAS untuk menyelenggarakan symposium IAS post congress di Indonesia untuk rencana tahun 2003, dan disetujui. Rencananya akan diadakan di Bali. Sebelumnya Prof. Kisyanto , dibantu oleh Prodia, ibu Hanny & co pernah melakukan bidding untuk penyelenggaraan kongres IAS di Indonesia, tetapi gagal. Rencana penyelenggaraan symposium post congress IAS di Bali tahun 2003 gagal, karena terjadi bom Bali II. Karena itu lokasi symposium dipindahkan ke Jakarta dengan mengundang ahli-ahli dari Malaysia, Singapore, dan ternyata berjalan sukses. Dalam event tersebut diadakan juga live demo kateterisasi pertama kali dimotori oleh LH.

Di akhir tahun 2002 diadakan rapat organisasi IKKI bersamaan dengan symposium Brain and Heart di Padang. Dalam pertemuan ini dipromosikan oleh LH tentang pendidikan KKV yang masih dikelola oleh IKKI dan pelaksanaannya di Divisi Kardiologi Peyakit Dalam FKUI/RSCM. Dalam pertemuan itu disampaikan bahwa pendidikan KKV itu legal, dibawah kolegium IPD dan secara de facto telah banyak diketahui oleh pihak-pihak resmi seperti Depkes dan Dikti Depdiknas. Sejak saat itu mulai ada peminat peserta KKV dan dari waktu kewaktu bertambah banyak. Saat ini pendidikan KKV dipegang oleh Kolegium IPD dan sudah diizinkan oleh KIPD untuk membuka center penddidikan KKV yaitu di Palembang, Semarang.

Selanjutnya kegiatan IKKI berjalan terus yaitu setiap tahun penyelenggaraan symposium Brain & Heart secara bergantian di berbagai kota di Indonesia dan juga dengan bekerjasama dengan Divisi Kardiologi IPD FKUI/RSCM mengadakan symposium Holistic. Sesekali menerbitkan bulletin IKKI. Menerbitkan juga buku consensus Tatalaksana STEMI. Selain itu ikut berperan dalam proses pendekatan PAPDI – PERKI. Sejak tahun 2007 IKKI menjadi associated member WHF (World Heart Federation) dimana kegiatannya lebih pada kegiatan pencegahan penyakit jantung untuk masyarakat awam. Sehubungan dengan hal ini IKKI juga telah merealisasikannya dengan bekerjasama dengan Yayasan Jantung Koroner Mas Isman.

Sebagai acara tahunan hingga tahun 2020 ini, IKKI bekerja sama dengan divisi Kardiologi Departemen IPD FKUI menyelenggarakan acara ilmiah bertajuk HOPECARDIS (Holistic Approaches in Cardiovascular Diseases). Tahun ini merespon adanya pandemi global COVID-19, kami berinovasi untuk beradaptasi memanfaatkan era digital ini dengan menyelenggarakan rangkaian webinar HOPECARDIS Virtual Meeting 2020.

Jakarta,

dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD-KKV, FINASIM, FACP, FICA.

Ketua umum PB IKKI.